“Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu.” Al-Hadist, H.R. Tirmidzi, Abu Dawud, Shahih Bukhari dan Muslim
1.Ciri Powerful Leader
Al-Qur’an adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. QS Al-Jaatsiyah (Yang Berlutu) 45:20
Soichiro, pendiri Honda Motor adalah pemimpin dari 43 perusahaan yang berada di 28 negara. Ia tidak memiliki harta pribadi dan tinggal di rumah yang sederhana. Satu-satunya hobi yang amat disukainya adalah melukis di atas kain sutera. Bahkan ia tidak memberikan warisan kepada anak-anaknya, kecuali mengajarkan kepada mereka agar sanggup berusaha sendiri dan hidup menadiri.
Perusahaan lainnya di Jepang, Kyoto Ceramics, yang bergerak di bidang seni-koduktor mampu mencapai omzet 400 juta US dollar dalam setahun. Keuntungan bersihnya telah dipotong pajak adalah 21%. Cara hidup pemimpinnya, amatlah sederhana yaitu “memandang rendah kemewahan”.
Konuseke Matsushita, pendiri dan pemimpin bisnis raksasa kelas dunia Grup Matsushita, disamping dirinya adalah seorang etrepreneura dan pendidik, ternyata ia juga adalah seorang filsuf yang sangat populer. Ia telah menulis sebanyak 46 judul buku, mulai tahun 1953 hingga 1990. Diakhir hayatnya, ia menyumbang 291 juta US Dollar dari saku pribadinyaa, dan sebanyak 99 juta US Dollar dari kas perusahaan untuk kepentingan kemanusiaan. Ia meninggal pada usia 94 tahun. Motto bisnisnya adalah “Life isn’t only for bread” atau hidup bukanlah sekedar untuk sepotong roti.
Kemudian kita semua tentu akan bertanya, apa motif bisnis yang melatarbelakangi gaya hidup mereka sebenarnya? Kekuatan apa yang ada dia balik diri mereka, sehingga mereka mampu menciptakan imperium bisnis raksasa kelas dunia, padahal mereka bukanlah “pengejar harta”? Ini terbukti dari cara hidup mereka yang sederhana, juga filosofi bisnis yang mereka anut, yang bukan berorientasi pada pemuasan uang! Masih ingatkah Anda, Khalifah Umar bin Khatab yang begitu sederhana? Umar bin Khatthab mendapat julukan Al-Faruq dari Rasulullah saw., yang artinya pemisah antara kebenaran dan kebathilan. Ia yang 13 tahun lebih muda dari sang rasul Allah itu, lahir dari seorang bangsawan Quraisy yang kaya. Meski demikian, khalifah kedua yang pada zamannya membentangkan kejayaan Islam dari Mesir, Syam, Iraq sampai ke Kerajaan Persia ini, cara hidupnya selalu apenuh kesederhanaan.
Pada tanggal 11 April – 12 April 2002 para Top Eksekutif Internasional dari berbagai jenis perusahaan datang berbondong-bondong untuk menghadiri sebuah forum diskusi leadership yang diadakan oleh Harvard Business School. Rangkuman hasil diskusi tersebut diberi judul, “Does Spirituality Drive Success?” yang artinya, apakah spiritualitas bisa membawa seseorang pada keberhasilan?
Selama ini Harvard telah dijadikan sebagai salah satu trend setter para pebisnis dunia, sehingga tidak mengherankan kalau para CEF (Chief Executive Ifficer) perusahaan terkemuka Amerika Serikat hadir di sana. Pengusaha-pengusaha sukses yang berasal dari “Silicon Valley” atau lembah silikon, yaitu tempat perkampungan bisnis komputer dan software yang melahirkan Bill Gates dan Michael Dell, manusia terkaya sejagat yang bisnis softwarenya telah menaguasai dunia misalnya, juga pebisnis-pebisnis kenamaan lainnya menguasai dunia misalnya, juga pebisnis-pebisnis kenamaan lainnya.
Mereka berdiskusi tentang bagaimana nilai-nilai spiritual yang mampu membantu mereka menjadi “powerful leaders”. Diskusi berjalan hangat selama dua hari, di tempat paling bergengsi bagi kaum intelektual bisnis. Mereka sepakat menyatakan bahwa paham spiritualisme mampu menghasilkan lima hal yitu:
1.
Integritas atau kejujuran.
2.
Energi atau semangat.
3.
Inspirasi atau ide dan inisiatif.
4.
Wisdom atau bijaksana, serta
5.
Keberanian dalam mengambil keputusan.
Semua sepakat dan setuju bahwa spiritualisme terbukti mampu membawa seseorang menuju tangga kesuksesan dan berperan besar dalam menciptakan mereka menjadi seorang powerful leader.a pertanyaan selanjutnya yang harus kita jawab adalah, karakter apakah yang membawa mereka ke tangga kesuksesan?
Pada tahun 1987, 1995 dan tahun 2002 sebuah lembaga leadership internasional yang bernama “The Leadership Challenge” telah melakukan survey karakteristik CEO (Chief Executive Officer) di 6 (enam) benua yaitu: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Australia. Masing-masing responden diminta untuk menilai dan memilih 7 karakteristik CEO ideal mereka. Dan inilah hasil survey tersebut:
Tabel 1.1
Peringkat Karakter CEO Ideal (International Survey)
Respondent Edition
Peringkat Characteristic %
2002 1995 1987
1
Honest (jujur)
88
88
83
2
Forward Looking (berpikiran maju)
71
75
62
3
Competent (kompeten)
66
63
67
4
Inspiring (dapat memberi isnpirasi)
65
68
58
5
Intelligent (cerdas)
47
40
43
6
Fair-minded (adil)
42
49
40
7
Broad-minded (berpandangan luas)
40
40
37
8
Supportive (mendukung)
35
41
32
9
Straight forward (terus terang/jujur)
34
33
34
10
Dependable (bisa diandalkan)
33
32
33
11
Cooperative (bekerjasama)
28
28
25
12
Determined (tegas)
24
17
17
13
Imaginative (berdaya imajinasi)
23
28
34
14
Ambitious (berambisi)
21
13
21
15
Courageouse (berani)
20
29
27
16
Caring (perhatian)
20
23
26
17
Mature (matang/dewasa dalam berpikir dan bertindak)
17
13
23
18
Loyal (setia)
14
11
11
19
Self-Controled (penguasaan diri)
8
5
13
20
Independent (mandiri)
6
5
10
“Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggungjawab terhadap kepemimpinan itu.”
Al-Hadits, H.R. Tirmidzi, Abu Dawud, Shahih Bukhari dan Muslim
Apabila kita perhatikan karakter para CEO itu, maka terlihat bahwa sikap mereka antara lain adalah: jujur, berpikiran maju, kompeten, dapat memberi inspirasi, cerdas, adil, berpandangan luas, suka mendukung, terus terang, bisa diandalkan, suka bekerjasama, tegas, berdaya imajinasi, berambisi, berani, penuh perhatian, matang/dewasa dalam berpikir dan bertindak, loyal, mampu menguasai diri dan mandiri. Karakter jujur tetap menempati urutan pertama, dan tidak tergeserkan sejak tahun 1987, 1995 sampai 2002. Itulah karakter Chief Executive Officer atau CEO ideal, hasil survey di enam benua yang dimiliki oleh seorang Powerful Leader.
Berdasarkan urutan data di atas, maka yang dibutuhkan saat ini adalah seorang “leader” yang memiliki karakter seperti hasil survey internasional yang telah dilakukan tersebut. sekaligus menunjukkan bahwa karakter itulah yang mampu membuat seseorang meraih sukses, menjadi seorang “Powerful Leader” yaitu para pemimpin yang memliki kekuatan dahsyat. Karakter tersebut terbukti secara internsional telah mengangkat mereka ke puncak karier bisnis dan keprofesional kerja.
Jadi pada dasarnya,kita membutuhkan sebuah mekanisme atau model yang bisa menghasilkan karakter “Powerful Leader” di atas. Tujuan penulisan buku ini, tidaklain adalah untuk menjawab tantangan itu. Pertama, bagaimana menciptakan seorang powerful leader yang memiliki karakter CEO, seperti hasil survey di atas. Kedua adalah bagaimana membangun seorang powerful leader yang berbasis pada nilai-nilai spiritual atau dengan kata lain, seorang pemimpin yang tangguh namun memiliki hati nurani.
Disamping itu, ciri pemimpin sukses adalah mereka yang sangat sadar untuk mempelajari diri mereka sendiri. Seorang powerful leader senantiasa menyadari bahwa fisik,emosi dan spiritual adalah modal dasar yang sangat penting untuk menjalankan kegiatan dan aktivitas bekerja mereka. Bahkan dikatakan oleh Hendricks dan Ludeman yang telah melakukan penelitian terhadap para eksekutif dan pengusaha kelas dunia bahwa, “Kami belum pernah menemukan seseorang yang benar-benar sukses, yang tidak melakukan pengenalan diri setiap hari.”
Hay Consultant, sebuah institusi di bidang SDM (Sumber Daya Manusia) yang sangat terkemukan di dunia mengatakan, “Membangun kesadaran diri adalah langkah yang harus dibuat untuk menciptakan seorang pemimpin. Namun bagaimana caranya kita memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi untuk menjadi seorang pemimpin?” Hay berpendapat, “Pemimpin puncak harus melakukan inner journey, atau penelusuran ke dalam dirinya sendiri.”
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
QS Al-Qashash (Kisah-Kisah) 28:77